Putatgede - Hadapi Musim Hujan 2022/2023, Petani Waspada

Hadapi Musim Hujan 2022/2023, Petani Waspada

Pandemi covid 19 yang melanda di sebagian besar belahan dunia menyebabkan ketidakstabilan pada semua sektor termasuk sektor pertanian. Sektor pertanian memiliki peran penting dalam mendukung keberlangsungan pangan nasional. Salah satu upaya menjaga keberlangsungan pangan nasional adalah meningkatkan produksi tanaman lokal. Petani diharapkan tetap menanam dan memanfaatkan lahan pertanian secara optimal. Petani diharapkan menanam dan memanfaatkan lahan di sepanjang tahun, baik musim hujan maupun musim kemarau.

Pada umumnya musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia terjadi pada bulan April hingga Desember, sedangkan musim hujan pada umumnya terjadi pada bulan Oktober hingga Maret. Berdasarkan hasil prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) diketahui bahwa sebagian besar wilayah di Indonesia memasuki awal Musim Hujan 2022/2023 pada bulan September, Oktober dan Desember. Sebagian besar wilayah Indonesia (326 Zona Musim) memasuki awal musim hujan lebih awal daripada normalnya dengan sifat hujan Normal (477 Zona Musim). 

Pemanfaatan lahan pertanian di Musim Hujan 2022/2023 saat ini memiliki tantangan yang cukup besar. Musim Hujan 2022/2023 dipengaruhi oleh fenomena La Nina dengan indeks bernilai -0,70 (Anonymous, 2022). Fenomena La Nina Indonesia di predikasi akan berlangsung sampai dengan akhir tahun 2022 hingga awal tahun 2023. Fenomena La Nina secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi intensitas curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia yang berdampak pada komponen iklim lainnya seperti kelembaban udara dan lainnya.

Secara langsung maupun tidak langsung unsur iklim seperti intensitas curah hujan dan kelembaban mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) baik penyakit maupun hama. Tanaman pangan terutama padi sangat rentan terhadap seranggan OPT. Tingkat seranggan OPT yang relative tinggi menyebabkan kerusakan tanaman dan kerugian yang cukup besar hingga gagal panen (puso). Beberapa jenis OPT yang menyebabkan kerusakan pada tanaman padi antara lain; penggerek batang, tikus, wereng batang coklat, blas, kresek, kerdil hampa/kerdil rumput dan tungro. Setiap jenis OPT memiliki karekteristik perkembangan yang berbeda-beda. Perkembangan beberapa jenis OPT seperti pathogen pada umumnya meningkat pada saat intensitas curah hujan dan kelembaban udara relative tinggi.

Merujuk pada data luas kerusakan tanaman padi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan hasil prediksi BMKG tentang prediksi awal Musim Hujan 2022/2023 terdapat beberapa jenis OPT yang perlu di waspadai antara lain; Penggerek Batang, Kresek dan Blas. Pertumbuhan dan perkembangan beberapa jenis OPT tersebut relatif meningkat pada wilayah yang diprediksi memiliki intensitas curah hujan cukup tinggi dengan sifat hujan di Atas Normal, seperti sebagian besar Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan dan Bengkulu.

Beberapa upaya antisipasi yang dapat dilakukan untuk meminimalisir luas kerusakan tanaman padi akibat serangan OPT antara lain; melakukan sistem budidaya tanaman sehat seperti menggunakan varietas tahan, tanam serempak dengan sistem tanam jajar legowo, menggunakan bahan alami pembenah tanah seperti trichokompos, pupuk organic, melakukan pemantauan OPT secara berkala serta melakukan aplikasi agens hayati serta menanam refugia sebagai penarik predator dan parasitoid. Melalui upaya-upaya tersebut diharapkan terwujud agroekosistem padi sawah yang sehat dan seimbang.

Apalagi musim kemarin / sebelumnya, banyak tanaman padi yang tidak normal. Karena waktu tanamnya lebih dekat dengan musim hujan ini, diharapkan petani lebih waspada dan tetap mengantisipasinya.


Dipost : 10 November 2022 | Dilihat : 1197

Share :

s