Putatgede - Budidaya Padi Salibu, Siasat Peyuluh dan Petani di Tengah Pandemi Covid-19

Budidaya Padi Salibu, Siasat Peyuluh dan Petani di Tengah Pandemi Covid-19

Kendala pertanian saat ini adalah semakin mahalnya biaya operasional dari mulai penanaman yang membutuhkan banyak tenaga, harga pupuk yang semakin meningkat serta sulit, hingga pemeliharaan / perawatannya. Sehingga berbagai inovasi untuk meningkatkan produktifitas padi dan pencapaian produksi telah dilakukan seperti beberapa varietas unggul spesifik lokasi, pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (ptt) dan lain-lain. diantara inovasi tersebut salah satunya adalah teknologi budidaya padi Salibu.

Salibu singkatan dari salinan ibu merupakan teknologi budidaya ratoon yaitu tunggul setelah panen tanaman utama yang tingginya sekitar 25 cm, dipelihara selama 7-10 hari atau dibiarkan hingga keluar tunas baru. apabila tunas yang keluar kurang dari 70% maka tidak disarankan untuk dilakukan budidaya salibu. jika tunas yang tumbuh lebih dari 70% maka potong kembali secara seragam hingga ketinggian 3-5 cm, kemudian dipelihara dengan baik hingga panen.

Salah satunya tentang teknologi budidaya padi sistem salibu. Tentu saja teknologi ini akan sangat menguntungkan petani terutama dalam menyiasati selama masa pandemi maupun pasca Covid-19.

Sejalan dengan pernyataan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam beberapa kesempatan menyampaikan sektor pertanian menjadi harapan, tulang punggung ditengah upaya pemerintah dalam menanggulangi Covid-19.

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan budidaya padi salibu adalah : hemat tenaga kerja, waktu dan biaya karena tidak dilakukan pengolahan tanah dan penanaman ulang, selain itu menekan kebiasaan petani membakar jerami setelah panen. budidaya padi salibu dapatmeningkatkan produktifitas padi per unit area dan per unit waktu, dan meningkatkan indeks panen dari sekali menjadi dua sampai tiga kali setahun. jika dibandingkan dengan teknologi ratoon konvensional, salibu mampu menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak dan seragam, dan produktifitas bisa sama bahkan lebih tinggi dari tanaman utamanya. penerapan budidaya padi salibu dengan memanfaatkan varietas berdaya hasil tingg dapat mendapatkan hasil yang nyata.

Secara umum budidaya salibu bisa dilakukan pada berbagai ekosistem dan ketinggian tempat baik di mlahan irigasi, tadah hujan maupun lahan pasang surut. persyaratan utama yang harus dipenuhi pada budidaya padi salibu antara lain :

  1. bukan daerah endemik organisme pengganggu tanaman (opt) khususnya penyakit tungro, busuk batang, hawar daun bakteri, keong mas, dan lain-lain
  2. ketersediaan air mudah dan cukup
  3. tidak terjadi genangan dan kekeringan lama
  4. kondisi lahan dengan drainase baik
  5. kondisi tanah pada satu dua minggu sebelum dan sesudah panen sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (lembab), dalam hal ini tunas padi salibu lebih baik tumbuhnya jika kondisi tanah lembab dibanding kondisi tergenang.

Adapun tahapan utama dalam budidaya padi salibu sebagai berikut :

  1. persiapan lahan, lahan dibersihkan dari sisa jerami panen dan gulma. jika lahan kering lakukan penggenangan 1-2 hari , kemudian air dikeluarkan sampe lembab.
  2. pengolahan tanah, persemaian, tanam dan pemotongan ulang; pengolahan tanah, persemaian dan tanam hanya dilakukan pada tanaman utama, kegiatan ini diganti dengan pemotongan tunggul. panen disisakan 25 cm kemudian dibiarkan 7-10 hari hingga keluar tunas baru. tunas yang menguntungkan keluar minimal 70% kemudian tunggul dipotong 3-5 cm dengan alat pemotong yg tajam atau mesin pemotong rumput. setelah tunas salibu keluar lakukan pengairan 2-5 cm agar tunas tidak tenggelam.
  3. penyulaman, dengan menggunakan tunas salibu yang dipecah perakarannya 2-3 anakan lalu di sulamkan.
  4. pemupukan, dengan kondisi air macak-macak dengan pemupukan pertama 40% dari dosis setelah umur 15-20 hsp dan pemupukan kedua 60% dari dosis saat tanaman berumur 30-35 hsp.
  5. pengendalian hama dan penyakit terpadu, pengelolaan opt dilakukan sama dengan tanaman padi pada umumnya
  6. pengendalian gulma, dengan menggunakan gasrok atau cangkul selain membuang gulma juga untuk menggemburkan tanah dan perbaikan sistem perkaran.
  7. panen, dilakukan saat warna gabah menguning 95% dengan menggunakan threser atau sabit.

Teknologi salibu dapat menghemat waktu pertanaman sekitar 40 hari dibanding tanam pindah, dengan demikian untuk lahan tadah hujan yang beresiko gagal panen pada mt kedua menjadi alternatif yang baik dan salibu ini diharapkan mampu berproduksi minimal sama dengan tanaman induknya.

Panen dilakukan saat padi berumur 58 hari. Teknik budidaya padi salibu ini sederhana dan tidak rumit ini, juga terbukti lebih efisien dan murah dibandingkan dengan teknik budidaya padi biasa. Bahkan hasil demplot budidaya padi sistem salibu yang diterapkan Ikhwanudin, mampu menghasilkan 4,9 ton/ha gabah kering panen. Volume itu 70 persen dari hasil produksi tanam padi dengan pindah tanam (transplanting).

Referensi : Budidaya Padi Salibu di Tengah Covid-19

 


Dipost : 02 Maret 2021 | Dilihat : 3323

Share :